Skip to main content

Who Am I? I'm Spider-Man!


Gua natap layar laptop yang nampilin episode premiere dari season dua New Girl, bingung mau nulis atau nggak. Tapi gua butuh buat ngeluarin semua ini ke permukaan, gua pengen ngerasain sedikit sense dari kelegaan walaupun cuma sebentar dan dalam kuantitas minim doang.

Gua ngerasa kosong. Blank.

Gua nggak akan nulis gua bangun di pagi hari dan natap cermin terus nggak ngenalin siapa yang ada di pantulannya karena bukan itu yang terjadi, tapi gua emang ngalamin sesuatu yang gua sebut krisis identitas. Gua nggak tau gua siapa. Yes, gua adalah anak lembek umur 17 yang kecanduan nonton film, tapi bukan itu yang gua maksud. Semua hal itu cuma bagian superficial-nya aja. Sesuatu yang jelas di permukaan, yang semua orang lain tau. Tapi ‘gua’ dalam arti sebenarnya, itu issue yang masih belum bisa gua selesain. Kalo gua ngelamar kerja dan dikasih formulir yang bertuliskan ‘jelasin diri kamu sendiri,’ nggak bakalan ada kata yang berhasil gua toreh selain ‘ganteng’ atau ‘Han Solo.’

Dan gua rasa inilah salah satu alasan utama gua nggak terlalu sukses di departemen hubungan sosial. Gua nggak tau gimana caranya membawa diri gua sendiri di depan orang lain. Di detik ini gua bisa bersikap kayak Edward Cullen; tenang, dingin, menyedihkan—detik selanjutnya gua bisa kayak Jar Jar Binks—bikin orang-orang pengen nampol wajah gua pake fire hydrant. Tapi kebanyakan gua keliatan awkward, kaku, dan nggak yakin sama gerakan sendiri. Itu karena gua nggak ngenal diri gua sendiri dengan baik. Gua bangun tembok baja di tiap-tiap sisi gua karena gua takut orang nggak bakalan suka sama diri gua sesungguhnya—yang gua sendiri masih belum yakin siapa.

Dan pengisolasian diri itu bikin gua ngerasa—sesuatu yang memalukan buat diakuin—kesepian. Sesuatu yang gua baru sadarin waktu selesai nonton tiga season dari Family Guy sampe abis, waktu gua ngerasa dingin, nggak tau apa lagi yang harus gua lakuin di hidup gua.

Beberapa waktu yang lalu gua sama temen-temen gua ngadain semacem gathering. Salah satu sesinya adalah ngeluarin unek-unek yang ada di kepala. Kita duduk dalam lingkaran, dan gua musti bilang, yang hadir 30-an orang. Peraturannya adalah semua orang harus ngasih tau apa yang ngeganggu pikiran mereka ke salah satu orang yang kena giliran, dan orang itu nggak boleh marah. Ketika sampe gilirannya gua, ada satu temen gua yang blak-blakan ngeluarin apa yang ada di otaknya. Dia bilang gua udah berubah. Itu cuma bikin gua ngernyitin dahi karena gua sendiri nggak tau siapa gua. Dia juga bilang gua sekarang jadi sok keren, sok pengen dianggep dan sebagainya. Sesuatu yang to be frank, bikin gua sakit, tapi gua nggak bisa ngapa-ngapain karena gua nggak boleh marah kan? Dia bilang itu di depan 30 orang yang gua kenal, pada dasarnya, di depan umum. Gua nggak bisa bela diri, karena gua udah ngerasa stunned duluan, dan gua tau nggak bakal ada gunanya. Sekarang di mindset30 orangan itu udah ketanem pendapat bahwa gua orang yang sok keren dan pengen dianggep. Kata-kata gua nggak bakalan masuk ke otak mereka karena manusia lebih gampang nginget hal negatif daripada positif. Gua ngerasa malu. Dan gua ngerasa sedih sama kemungkinan kalo pendapat mengenai gua itu bakalan terus nancep.

Gua nggak nyalahin siapa-siapa. Itu opininya dia. Semua orang punya opini masing-masing. Dan dia punya hak buat ngasih tau itu ke siapa pun. Bahkan di depan perkumpulan 30-an anak remaja yang masih belum bener-bener ngerti esensi dari hidup yang sesungguhnya. Dan gua yakin dia ngelakuin itu karena dia sayang sama gua, karena dia mau yang terbaik buat gua.

Yang salah gua. Gua nggak ngenal diri gua. Gua masih takut ngeruntuhin tembok baja dan ngebiarin orang-orang masuk.

Gua rindu masa kanak-kanak, waktu gua nggak harus mikirin hal-hal nggak jelas kayak gini. Waktu semua ini nggak masalah, waktu di mana hal yang gua lakuin cuma nyari good time. Ini cuma fase kan? Yang dateng di waktu remaja dan bakalan lewat begitu aja?

Gua harap begitu.

Gua tau ini postingan yang secara putus asa ngemis perhatian. Toodles.

Comments

  1. aku juga kok.. haha ga nyangka ternyata ada orang lain selain aku yang begini. salam kenal~
    semoga suatu hari, kamu bisa nemuin jati diri kamu^^
    oh iya, sedikit share, aku pernah baca dimana gitu, katanya dimanapun kamu berada kamu bakal selalu dapet orang yang mencintai kamu walaupun di jejaring sosial yang orangnya ga di kenal.
    hehe anggep aja aku mencintaimu sebagai orang yang ga dikenal^^ semangat!! (masih ada banyak orang yang sayang sama kamu)

    (maap kalo sok tau)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Goeboek Bamboe

Goeboek Bambu is a nice place, one that I would visit again, and one that I would recommend to my friends. I had luch there with my family last Saturday and I can say that I had a pretty good time. It is located in Jl. Mampang Sawangan No. 12A, and its phone number is (021)77219230. First of all, the price is quite reasonable. There is no such thing as Rp.12.000,- mineral water or Rp.6000,- rice. Furthermore, my parents classified it as "average", and as a college student who is still pretty much living off of his parents, I would say so, too. Second, the food here is quite tasty. Speaking of which, here are some that we ordered: Ayam Mentega Cah Kangkung Ayam Bakar Udang Tepung Nasi Goreng Seafood By the way, eventhough each member of my family picked just one food and one drink, I still got to taste all of them since I told them it was for homework. I chose ayam mentega and avocado juice myself. They are pretty good. The chicken is nice and the avocado has the perfect densi

Daftar Penerbit yang Menerima Naskah Melalui E-Mail

Bagi para penulis muda, salah satu proses krusial supaya tulisan kita bisa diterbitin dan kita berkemungkinan jadi kaya raya bergelimpangan harta adalah mengirimkan naskah ke penerbit. Sayangnya, cuma sedikit penerbit yang mau nerima naskah lewat surel. Hal ini karena para editor lebih mudah nyortir dan baca naskah kita dalam bentuk padat. Bagi kalian yang ngerasa repot harus beli tinta, nge- print-out  naskah ratusan halaman, ngejilid, masukin ke amplop, terus kirim lewat kantor pos, belum lagi ngorbanin pohon-pohon buat dijadiin kertas (ea) ini beberapa penerbit yang bersedia nerima naskah lewat e-mail; Bentang Pustaka Bentang lumayan terkenal nih, penerbit ini kalo nggak salah nerbitin bukunya Dan Brown kayak Da Vinci Code sama Angels and Demons. Kalo salah, mohon maaf, ye. Mereka juga nerima naskah lewat surel. Ada dua kategori, Bentang Pustaka buat naskah umum/dewasa, dan Bentang Belia buat naskah anak/remaja. Ketentuan-ketentuannya bisa dibaca di sini; http://pustakabentang.blogs

Tipe Anak SMA

Oke, jadi tadi malem gua baru aja nonton sebuah film berdurasi 97 menit karya John Hughes yang dibintangi Judd Nelson sama Molly Ringwald. Singkatnya film itu nyeritain gimana lima orang remaja bertolak belakang ngumpul di suatu Sabtu di perpustakaan karena mereka harus dihukum. Guru mereka nyuruh mereka nulis essay masing-masing tentang pendapat mereka tentang diri mereka sendiri. Sepanjang film itu, kita cuma ditontonin kelima remaja ini ngomong dan berinteraksi. Setiap orang mewakili setiap stereotipe dari grup mereka. Ada seorang cewek populer, anak pinter, anak kriminal, anak atlit, dan anak yang pendiem. the criminal, the athlete, the brain, the basket case, the princess, the brain; which one are you? Dan gua bisa bilang, setelah ada Apa Dengan Cinta?, The Breakfast Club mungkin salah satu film remaja terbaik yang gua tonton. Meskipun gua gak tinggal di Amerika, film ini dengan akuratnya memotret kehidupan remaja dan berbagai macam geng dan klub sosial tanpa komitmen yang berlang