Skip to main content

Stereotypes

Pernah satu pagi gua masuk ke sekolah, naruh tas terus gabung ngobrol sama temen-temen gua. Ada rumor yang bilang kalo Ahmad Dhani itu seorang Yahudi. Mereka nunjukkin berbagai 'bukti' kayak lambang panggung, atribut dan segala macamnya. Gua duduk dan mikir, 'terus kenapa?' ini masalahnya; gua nggak ngerti kenapa itu jadi masalah. Kalo Ahmad Dhani itu Yahudi, terus sekali lagi, secara harfiah, kenapa? Dia nggak kentut di depan orang lansia karena nikmatin ekspresi mereka waktu menderita, ngerampok bank bareng Jesse Eisenberg atau ngelakuin sesuatu yang ngerugiin orang lain. Gua nggak bilang kalo rumor tentang dia sebagai Yahudi itu bener, tapi selama dia nggak nyakitin orang lain, kenapa itu jadi masalah?

Apa semua pria bersorban make rompi bom waktu di balik gamis mereka? Apa semua orang kulit hitam nodongin pistol dan jualan kokain? Apa semua orang Jerman muja-muja Hitler? Nggak. Gua muslim, dan gua benci waktu Islam diasosiasikan sama terorisme. Terus kenapa ngelakuin hal yang sama ke stereotipe lain? Temen gua make make-up sama baju dua size kekecilan di kelas, nggak berarti dia mangkal di pinggir jalan tiap malem ngacungin jempol sama tiap mobil yang lewat.

Di pikiran gua, kita seharusnya nggak mendefinisikan seseorang berdasarkan hal-hal yang umum. Kita seharusnya mendefinisikan mereka berdasarkan siapa mereka sesungguhnya. Orang teroyot di kelas bisa aja jadi Stephen Hawking kedua (tanpa kursi roda sama penyakitnya, maksud gua), orang yang keliatannya biasa aja dan normal bisa jadi pembunuh berantai kalo malem, orang yang pendiem dan nggak pernah ngomong bisa aja jadi Freddy Mercurie kedua. Kenapa kita gampang banget ngasih label? Gua cuma mikir; kita nggak bisa nge-judge satu individu berdasarkan hal umum yang dilakuin kelompok mereka. Semua orang beda. Kembar sekalipun.

Dan selama mereka nggak nyakitin atau ngerugiin orang lain, kenapa kita nggak bisa nerima mereka apa adanya? Jadi temen lo percaya dirinya keturunan Rambo dan bakalan mimpin ras manusia ngelawan alien yang nginvasi bumi tahun 2015, atau ada temen lo yang cinta mati sama Justin Bieber atau SM*SH, terus kenapa? Suka-suka dia. Hidup dia, pilihan dia. Bukan kita yang punya hak buat ngurusin.

Menurut gua, kita seharusnya nggak buat orang lain ngerasa perlu malu karena mereka nggak bisa bawa mobil, gambar kayak orang kidal dipaksa make tangan kanan, atau nyanyi tapi suaranya kayak kentut. Semua orang harusnya nyaman buat ngelakuin hal yang mereka mau, sekali lagi, asal nggak nyakitin atau ngerugiin orang lain. Jadi kenapa kalo Ahmad Dhani Yahudi? Atau Nicki Minaj keliatan serem banget di video klipnya? Dia, dia, gua, gua.

Yang gua coba bilang adalah; sebaiknya jangan nge-judge orang lain atas latar belakang atau hal yang mereka perbuat. Hidup adalah hidup mereka, pilihan adalah pilihan mereka, mereka yang punya hak sepenuhnya atas setiap langkah yang bakalan mereka ambil.

Dan gua seharusnya nggak make kata 'kita seharusnya', lo bebas ngelakuin apa yang lo mau. Lo, lo, gua, gua.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Goeboek Bamboe

Goeboek Bambu is a nice place, one that I would visit again, and one that I would recommend to my friends. I had luch there with my family last Saturday and I can say that I had a pretty good time. It is located in Jl. Mampang Sawangan No. 12A, and its phone number is (021)77219230. First of all, the price is quite reasonable. There is no such thing as Rp.12.000,- mineral water or Rp.6000,- rice. Furthermore, my parents classified it as "average", and as a college student who is still pretty much living off of his parents, I would say so, too. Second, the food here is quite tasty. Speaking of which, here are some that we ordered: Ayam Mentega Cah Kangkung Ayam Bakar Udang Tepung Nasi Goreng Seafood By the way, eventhough each member of my family picked just one food and one drink, I still got to taste all of them since I told them it was for homework. I chose ayam mentega and avocado juice myself. They are pretty good. The chicken is nice and the avocado has the perfect densi

Daftar Penerbit yang Menerima Naskah Melalui E-Mail

Bagi para penulis muda, salah satu proses krusial supaya tulisan kita bisa diterbitin dan kita berkemungkinan jadi kaya raya bergelimpangan harta adalah mengirimkan naskah ke penerbit. Sayangnya, cuma sedikit penerbit yang mau nerima naskah lewat surel. Hal ini karena para editor lebih mudah nyortir dan baca naskah kita dalam bentuk padat. Bagi kalian yang ngerasa repot harus beli tinta, nge- print-out  naskah ratusan halaman, ngejilid, masukin ke amplop, terus kirim lewat kantor pos, belum lagi ngorbanin pohon-pohon buat dijadiin kertas (ea) ini beberapa penerbit yang bersedia nerima naskah lewat e-mail; Bentang Pustaka Bentang lumayan terkenal nih, penerbit ini kalo nggak salah nerbitin bukunya Dan Brown kayak Da Vinci Code sama Angels and Demons. Kalo salah, mohon maaf, ye. Mereka juga nerima naskah lewat surel. Ada dua kategori, Bentang Pustaka buat naskah umum/dewasa, dan Bentang Belia buat naskah anak/remaja. Ketentuan-ketentuannya bisa dibaca di sini; http://pustakabentang.blogs

Tipe Anak SMA

Oke, jadi tadi malem gua baru aja nonton sebuah film berdurasi 97 menit karya John Hughes yang dibintangi Judd Nelson sama Molly Ringwald. Singkatnya film itu nyeritain gimana lima orang remaja bertolak belakang ngumpul di suatu Sabtu di perpustakaan karena mereka harus dihukum. Guru mereka nyuruh mereka nulis essay masing-masing tentang pendapat mereka tentang diri mereka sendiri. Sepanjang film itu, kita cuma ditontonin kelima remaja ini ngomong dan berinteraksi. Setiap orang mewakili setiap stereotipe dari grup mereka. Ada seorang cewek populer, anak pinter, anak kriminal, anak atlit, dan anak yang pendiem. the criminal, the athlete, the brain, the basket case, the princess, the brain; which one are you? Dan gua bisa bilang, setelah ada Apa Dengan Cinta?, The Breakfast Club mungkin salah satu film remaja terbaik yang gua tonton. Meskipun gua gak tinggal di Amerika, film ini dengan akuratnya memotret kehidupan remaja dan berbagai macam geng dan klub sosial tanpa komitmen yang berlang