Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Scream 4 Hadir Tahun Depan!

Di tahun 1996, Wes Craven sukses melahirkan kembali genre horror slasher yang kala waktu itu sedang mati suri dengn filmnya yang berjudul Scream . Dengan dialog yang cerdas dan dibumbui adegan-adegan yang menyeramkan dan lucu, Scream meraup untung besar dan menelurkan dua sekuel yakni  Scream 2 dan Scream 3 . Kini, 10 tahun semenjak rilisnya Scream 3, Dimension Films dan The Weinstein Company meluncurkan sekuel baru dengan judul Scream 4 . Kevin Williamson selaku penulis naskah dari dua film pertama kembali menulus naskah film ini juga dengan Wes Craven yang duduk di kursi sutradara pada tiga film sebelumnya. Scream 4 direncanakan rilis di Amerika Serikat pada tanggal 15 April 2011. Dan berita baik lainnya, tiga pemain dari trilogi sebelumnya; Neve Campbell , Courteney Cox dan David Arquette  menerima kembali peran mereka sebagai Sidney Prescott, Gale Weathers, dan detektif  Dewey Riley. Scream 4 mengisahkan tentang kembalinya Sidney Prescott, final girl favorit kita, ke kampun

Cerpen Kurnia - Melihat Puspa

Melihat Puspa Terinspirasi dari Sebuah Cerita Aku punya teman. Atika namanya. Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi semampai, dan kakinya jenjang. Hanya saja matanya buta. Kecelakaan yang menimpanya di usia 12 telah memupus harapannya untuk bisa melihat dunia. Dia duduk di depanku sekarang, meraba-raba buku lalu memasukkannya ke tas. Ah, sebaiknya kurapikan juga tasku. Atika membopong ranselnya dan mengeluarkan tongkatnya. Baru berjalan beberapa detik, tubuhnya jatuh berdebam di lantai. Aku menoleh, kulihat Bella menghampirinya. Kukira Bella ingin membantunya, tapi dia malah terbahak. “Kerja bagus, jablai buta. Gimana rasanya lantai?” Aku membantu Atika berdiri. “Eh, nggak usah diganggu, deh, Bel.” Kataku. Bella tersenyum sinis dan bilang; “Puspa, gua, tuh gak bisa ngeliat orang jatuh, terus nggak bantuin.” Bella menyindir. Aku jadi sebal. “OK, Bell, lu punya mata, lu bisa ngeliat, terus kenapa?! Nggak usah sombong, deh.!” Tapi Atika menarik lenganku. “Udah, ah, Nin. Kita pulang, aja.” Bisi

Cerpen Kurnia - Wartel

Wartel Puspa membuka ponsel lipatnya. Pemberitahuan “low batterry” muncul memenuhi seluruh layar. Puspa mengumpat kecil. “Tai.” Dia menoleh ke kanan-kiri. Cuma ada hembusan angin dan suara yang begitu monoton dari dedaunan kering yang menggesek aspal. Mana Ibunya? Dia seharusnya menjemput Puspa hari ini. Ah, bete! Puspa melangkah di sepanjang trotoar di samping sekolahnya. Dia melihat sekeliling dan menemukan satu wartel. Kecil dan sepi. Puspa berpikir sejenak sebelum akhirnya melangkah masuk. Sebuah wartel yang penat dan panas. Puspa langsung saja masuk ke bilik yang sepi. Dia menarik napas panjang sebelum akhirnya mengangkat gagang telepon dan menekan nomor Ibunya. “Assalamualaikum?” “Waalaikumsalam.” Suara seorang wanita. Entah siapa, Puspa tak kenal. “Mamski?” “Siapa?” “Apa ini rumah Ibu Sadih?” “Maaf salah sambung.” “Oh, sori.” Kata Puspa. Dia melepas tawa kecil. “Memangnya ada apa?” Tanya wanita di seberang. “Nggak, ini ibu saya belum jemput.” Suara wanita itu begitu dingin. “Oh,

Cerpen Kurnia - Boneka dari Dito

Boneka dari Dito Terinspirasi dari Kisah Cinta Korea Fiatri namanya. Kulitnya putih bersih dan senyumnya menawan. Dia dan Dito berteman semenjak kelas tujuh SMP hingga kelas dua SMA sekarang. Pertemanan yang berakhir ketika Fiatri bilang “suka” ke Dito. Untuk Fiatri, Dito satu-satunya. Tapi bagi Dito, Fiatri mungkin cuma salah satu dari gadis lain. Entahlah, Fiatri tak pernah tau isi hati Dito. “Nonton, yuk Dit.” Kata Fiatri di satu malam. Dito menggeleng. “Gua mau ketemu temen,” katanya. Dia selalu begitu. Dia menemui gadis-gadis lain di depan Fiatri seperti itu hal yang sepele. Kata “cinta” cuma keluar dari mulut Fiatri. Semenjak Fiatri bertemu Dito dia tak pernah mendengarnya berkata “aku cinta sama kamu.” Bagi mereka tak pernah ada anniversary sama sekali. Dia tak pernah mengatakan apa pun dari hari pertama, berlanjut hingga hari ke-100, hingga hari ke-200. Tiap hari, sebelum ada kata “selamat tinggal” Dito cuma memberikannya boneka. Fiatri tak mengerti, dan tak tahu kenapa... Keti

Hari Sial Bundo

Hari Sial Bundo Oleh Kurnia C. Putra Ini merupakan naskah drama paling kaliber yang pernah saya tulis. Silakan disimak dan berikan komentar anda. Bundo masuk ke kelas, memainkan rambutnya. Berharap ada yang menyadari potongan barunya. Semua orang mengcuhkannya, tapi Amoy tidak. Amoy: Wig bagus bundo, terbuat dari apa? Bundo: Bulu dada Emaklu! Bundo kesal. Dia berlari ke kerumunan permainan UNO. Bundo: Ikutan, dong! Atika: Udahan, yuk! Semua: Bubar! Bubar! Bundo menggondok. Dia berjalan keluar kelas, dan melihat pujaan hatinya Isal. Bundo: Hai, Isal sayaaang! Isal: Tai lu! Bundo terperanjat. Dia menangis dan segera berlari ke lapangan. Febri: (menunjuk bokong Bundo) Bundo, bocoor. Bundo menunduk dan melihat roknya mencokelat. Bundo: Astajim! Anak Lantai 2: Hahaha! Cepirit! Semua anak di sekolah langsung keluar dari kelas mereka. Anak 9.2: Bundo idola kita! Bundo idola kita! Malu. Bundo menangis dan segera berlari kencang ke WC. Tapi... GUBRAK! Bundo terpeleset hingga menabrak pintu yang