Skip to main content

Cerpen Kurnia - Boneka dari Dito

Boneka dari Dito
Terinspirasi dari Kisah Cinta Korea

Fiatri namanya. Kulitnya putih bersih dan senyumnya menawan. Dia dan Dito berteman semenjak kelas tujuh SMP hingga kelas dua SMA sekarang. Pertemanan yang berakhir ketika Fiatri bilang “suka” ke Dito. Untuk Fiatri, Dito satu-satunya. Tapi bagi Dito, Fiatri mungkin cuma salah satu dari gadis lain. Entahlah, Fiatri tak pernah tau isi hati Dito.
“Nonton, yuk Dit.” Kata Fiatri di satu malam. Dito menggeleng. “Gua mau ketemu temen,” katanya. Dia selalu begitu. Dia menemui gadis-gadis lain di depan Fiatri seperti itu hal yang sepele. Kata “cinta” cuma keluar dari mulut Fiatri. Semenjak Fiatri bertemu Dito dia tak pernah mendengarnya berkata “aku cinta sama kamu.” Bagi mereka tak pernah ada anniversary sama sekali. Dia tak pernah mengatakan apa pun dari hari pertama, berlanjut hingga hari ke-100, hingga hari ke-200. Tiap hari, sebelum ada kata “selamat tinggal” Dito cuma memberikannya boneka. Fiatri tak mengerti, dan tak tahu kenapa...
Ketika suatu hari ketika mereka pulang bersama.  “Dit, gua...” kata Fiatri.
“Apa? Ngomong, aja.”
“Gua cinta samalu.”
“Uhh... ini, ambil bonekanya.” Begitu kata Dito seraya dia memberikan boneka beruang ke genggaman Fiatri. Begitu caranya mengabaikan tiga kata dari mulut Fiatri. Boneka-boneka yang memenuhi kamar Fiatri, hari demi hari...
Dan datanglah ulangtahun Fiatri ke-16. Ketika Fiatri terjaga dari tidurnya dia membayangkan pesta bersama Dito. Dia duduk di kamar menunggu telepon Dito. Hingga sarapan terlewat, makan siang terlewat, dan malam mulai membumbung. Sudah terlalu capek untuk memandang ponselnya lagi. Hingga jam 2:00 malam Dito meneleponnya dan menyuruh Fiatri keluar dari kamarnya.
“Ini, ambil.” Lagi-lagi boneka. Fiatri menggeleng. “Apaan, nih?”
“Gua nggak ngasih ke elo kemaren jadi gua kasih sekarang.”
“Ntar dulu, lu tau nggak hari ini hari apa?”
“Hari ini? Jum’at?”
Fiatri menghela napasnya. Dito lupa hari apa ini. Dito membalikkan badannya dan meninggalkan Fiatri seperti sesuatu tak terjadi. “Nanti dulu!”
“Ada apa?”
“Bilang lu cinta sama gua!”
“Hah?”
“Bilang!”
Fiatri memeluk Dito dan ingin menangis. Tapi Dito cuma berkata dingin dan pergi. “Gua nggak mau bilang... kalo aku semudah itu cinta sama orang, kalo kamu putus asa banget buat dengernya, cari orang lain.” Begitu katanya. Dia tak mau bilang semudah itu, bagaimana bisa? Mungkin Dito bukan orang yang tepat.
Hari selanjutnya Fiatri mengurung diri di kamar. Dito tak meneleponnya, walau Fiatri menunggunya. Dito cuma meninggalkan Fiatri boneka di depan pintu rumahnya. Tiap pagi.
Setelah sebulan Fiatri berhasil bangkit dan pergi ke sekolah. Tapi sesuatu membuatnya bagai jatuh ke lubang yang tak berujung. Dito di depannya, tersenyum dengan perempuan lain. Senyum yang Fiatri tak pernah lihat.
Fiatri kembali ke rumahnya dan menatap jejeran boneka di kamarnya. Air matanya jatuh. Untuk apa dia memberikan boneka-boneka ini? Penuh amarah Fiatri mulai melemparinya. Dan telepon berdering. Itu Dito. Dia menuruh Fiatri untuk pergi ke depan sekolah. Fiatri mencoba sekuat tenaga menemuinya. Dia akan melupakan Dito, ini akhirnya.
“Gua kira lu marah. Lu mau dateng?” Fiatri tak percaya. Dito bersikap seperti sesuatu tak terjadi. Dan lagi-lagi dia memberikan Fiatri boneka. “Gua nggak butuh!”
“Hah? Kenapa?” Fiatri menarik boneka itu dan melemparnya ke jalan. “GUA GAK BUTUH! Gua gak mau ketemu orang kayak lu lagi!” Fiatri mengeluarkan kata-kata itu begitu saja. Tapi kali ini mata Dito bergetar. “Sori.” Kata Dito begitu lirih. Dia berjalan ke arah boneka di tengah jalan.
“Ngapain diambil lagi? Gua gak butuh!” Teriakan Fiatri diakhir dengan suara klakson mobil dari depan Dito. “DITO AWAS!”
###
Begitu cara Dito pergi dari Fiatri. Begitu caranya meninggalkan Fiatri tanpa sepatah katapun. Setelah dua bulan menangisi Dito, tenggelam dalam penyesalan, Fiatri mulai membuang boneka itu.
“1, 2, 3, 4, 5...” Fiatri menghitung boneka itu satu per satu. Boneka yang diberikan setiap hari oleh Dito. Ada 289 semuanya. Fiatri mulai menangis lagi. Dengan boneka di pelukannya. Dia memeluknya begitu erat hinga...
“I love you.” Fiatri menjatuhkan boneka itu. Terkejut.
Dia mengambil semua boneka dan menekan perutnya. “I love you, I love you, I love you...” kata itu keluar tanpa henti dari boneka-boneka itu. I love you... mengapa Fiatri tak menyadarinya? Dito selalu ada di sisinya, melindunginya. Mengapa Fiatri tak sadar Dito begitu mencintainya?
Fiatri mengambil boneka terakhir. Boneka yang Dito pungut dari jalan. Boneka dengan bercak darah. Fiatri menekan perutnya.
Tak ada apa-apa. Fiatri membalik bonekanya dan melihat restleting panjang. Fiatri membukanya, ada DVD.
###
“Fiatri, lu tau hari apa nggak ini? Ini anniversary kita jadian 289 hari, lho! Hahaha! Gua susah, deh bilang cinta samalu. Abis gua malu. Kalo lu maafin gua dan ambil boneka ini, gua mau bilang. Gua cinta samalu... selama-lamanya.”

TAMAT.

Comments

Popular posts from this blog

Review: Goeboek Bamboe

Goeboek Bambu is a nice place, one that I would visit again, and one that I would recommend to my friends. I had luch there with my family last Saturday and I can say that I had a pretty good time. It is located in Jl. Mampang Sawangan No. 12A, and its phone number is (021)77219230. First of all, the price is quite reasonable. There is no such thing as Rp.12.000,- mineral water or Rp.6000,- rice. Furthermore, my parents classified it as "average", and as a college student who is still pretty much living off of his parents, I would say so, too. Second, the food here is quite tasty. Speaking of which, here are some that we ordered: Ayam Mentega Cah Kangkung Ayam Bakar Udang Tepung Nasi Goreng Seafood By the way, eventhough each member of my family picked just one food and one drink, I still got to taste all of them since I told them it was for homework. I chose ayam mentega and avocado juice myself. They are pretty good. The chicken is nice and the avocado has the perfect densi

Daftar Penerbit yang Menerima Naskah Melalui E-Mail

Bagi para penulis muda, salah satu proses krusial supaya tulisan kita bisa diterbitin dan kita berkemungkinan jadi kaya raya bergelimpangan harta adalah mengirimkan naskah ke penerbit. Sayangnya, cuma sedikit penerbit yang mau nerima naskah lewat surel. Hal ini karena para editor lebih mudah nyortir dan baca naskah kita dalam bentuk padat. Bagi kalian yang ngerasa repot harus beli tinta, nge- print-out  naskah ratusan halaman, ngejilid, masukin ke amplop, terus kirim lewat kantor pos, belum lagi ngorbanin pohon-pohon buat dijadiin kertas (ea) ini beberapa penerbit yang bersedia nerima naskah lewat e-mail; Bentang Pustaka Bentang lumayan terkenal nih, penerbit ini kalo nggak salah nerbitin bukunya Dan Brown kayak Da Vinci Code sama Angels and Demons. Kalo salah, mohon maaf, ye. Mereka juga nerima naskah lewat surel. Ada dua kategori, Bentang Pustaka buat naskah umum/dewasa, dan Bentang Belia buat naskah anak/remaja. Ketentuan-ketentuannya bisa dibaca di sini; http://pustakabentang.blogs

Tipe Anak SMA

Oke, jadi tadi malem gua baru aja nonton sebuah film berdurasi 97 menit karya John Hughes yang dibintangi Judd Nelson sama Molly Ringwald. Singkatnya film itu nyeritain gimana lima orang remaja bertolak belakang ngumpul di suatu Sabtu di perpustakaan karena mereka harus dihukum. Guru mereka nyuruh mereka nulis essay masing-masing tentang pendapat mereka tentang diri mereka sendiri. Sepanjang film itu, kita cuma ditontonin kelima remaja ini ngomong dan berinteraksi. Setiap orang mewakili setiap stereotipe dari grup mereka. Ada seorang cewek populer, anak pinter, anak kriminal, anak atlit, dan anak yang pendiem. the criminal, the athlete, the brain, the basket case, the princess, the brain; which one are you? Dan gua bisa bilang, setelah ada Apa Dengan Cinta?, The Breakfast Club mungkin salah satu film remaja terbaik yang gua tonton. Meskipun gua gak tinggal di Amerika, film ini dengan akuratnya memotret kehidupan remaja dan berbagai macam geng dan klub sosial tanpa komitmen yang berlang