Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2010

Cerpen Kurnia - Melihat Puspa

Melihat Puspa Terinspirasi dari Sebuah Cerita Aku punya teman. Atika namanya. Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi semampai, dan kakinya jenjang. Hanya saja matanya buta. Kecelakaan yang menimpanya di usia 12 telah memupus harapannya untuk bisa melihat dunia. Dia duduk di depanku sekarang, meraba-raba buku lalu memasukkannya ke tas. Ah, sebaiknya kurapikan juga tasku. Atika membopong ranselnya dan mengeluarkan tongkatnya. Baru berjalan beberapa detik, tubuhnya jatuh berdebam di lantai. Aku menoleh, kulihat Bella menghampirinya. Kukira Bella ingin membantunya, tapi dia malah terbahak. “Kerja bagus, jablai buta. Gimana rasanya lantai?” Aku membantu Atika berdiri. “Eh, nggak usah diganggu, deh, Bel.” Kataku. Bella tersenyum sinis dan bilang; “Puspa, gua, tuh gak bisa ngeliat orang jatuh, terus nggak bantuin.” Bella menyindir. Aku jadi sebal. “OK, Bell, lu punya mata, lu bisa ngeliat, terus kenapa?! Nggak usah sombong, deh.!” Tapi Atika menarik lenganku. “Udah, ah, Nin. Kita pulang, aja.” Bisi

Cerpen Kurnia - Wartel

Wartel Puspa membuka ponsel lipatnya. Pemberitahuan “low batterry” muncul memenuhi seluruh layar. Puspa mengumpat kecil. “Tai.” Dia menoleh ke kanan-kiri. Cuma ada hembusan angin dan suara yang begitu monoton dari dedaunan kering yang menggesek aspal. Mana Ibunya? Dia seharusnya menjemput Puspa hari ini. Ah, bete! Puspa melangkah di sepanjang trotoar di samping sekolahnya. Dia melihat sekeliling dan menemukan satu wartel. Kecil dan sepi. Puspa berpikir sejenak sebelum akhirnya melangkah masuk. Sebuah wartel yang penat dan panas. Puspa langsung saja masuk ke bilik yang sepi. Dia menarik napas panjang sebelum akhirnya mengangkat gagang telepon dan menekan nomor Ibunya. “Assalamualaikum?” “Waalaikumsalam.” Suara seorang wanita. Entah siapa, Puspa tak kenal. “Mamski?” “Siapa?” “Apa ini rumah Ibu Sadih?” “Maaf salah sambung.” “Oh, sori.” Kata Puspa. Dia melepas tawa kecil. “Memangnya ada apa?” Tanya wanita di seberang. “Nggak, ini ibu saya belum jemput.” Suara wanita itu begitu dingin. “Oh,

Cerpen Kurnia - Boneka dari Dito

Boneka dari Dito Terinspirasi dari Kisah Cinta Korea Fiatri namanya. Kulitnya putih bersih dan senyumnya menawan. Dia dan Dito berteman semenjak kelas tujuh SMP hingga kelas dua SMA sekarang. Pertemanan yang berakhir ketika Fiatri bilang “suka” ke Dito. Untuk Fiatri, Dito satu-satunya. Tapi bagi Dito, Fiatri mungkin cuma salah satu dari gadis lain. Entahlah, Fiatri tak pernah tau isi hati Dito. “Nonton, yuk Dit.” Kata Fiatri di satu malam. Dito menggeleng. “Gua mau ketemu temen,” katanya. Dia selalu begitu. Dia menemui gadis-gadis lain di depan Fiatri seperti itu hal yang sepele. Kata “cinta” cuma keluar dari mulut Fiatri. Semenjak Fiatri bertemu Dito dia tak pernah mendengarnya berkata “aku cinta sama kamu.” Bagi mereka tak pernah ada anniversary sama sekali. Dia tak pernah mengatakan apa pun dari hari pertama, berlanjut hingga hari ke-100, hingga hari ke-200. Tiap hari, sebelum ada kata “selamat tinggal” Dito cuma memberikannya boneka. Fiatri tak mengerti, dan tak tahu kenapa... Keti