Melihat Puspa Terinspirasi dari Sebuah Cerita Aku punya teman. Atika namanya. Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi semampai, dan kakinya jenjang. Hanya saja matanya buta. Kecelakaan yang menimpanya di usia 12 telah memupus harapannya untuk bisa melihat dunia. Dia duduk di depanku sekarang, meraba-raba buku lalu memasukkannya ke tas. Ah, sebaiknya kurapikan juga tasku. Atika membopong ranselnya dan mengeluarkan tongkatnya. Baru berjalan beberapa detik, tubuhnya jatuh berdebam di lantai. Aku menoleh, kulihat Bella menghampirinya. Kukira Bella ingin membantunya, tapi dia malah terbahak. “Kerja bagus, jablai buta. Gimana rasanya lantai?” Aku membantu Atika berdiri. “Eh, nggak usah diganggu, deh, Bel.” Kataku. Bella tersenyum sinis dan bilang; “Puspa, gua, tuh gak bisa ngeliat orang jatuh, terus nggak bantuin.” Bella menyindir. Aku jadi sebal. “OK, Bell, lu punya mata, lu bisa ngeliat, terus kenapa?! Nggak usah sombong, deh.!” Tapi Atika menarik lenganku. “Udah, ah, Nin. Kita pulang, aja.” Bisi...